Mengungkap Misteri "Susi" Kuntilanak Penunggu Kebun Raya Purwodadi
Mengungkap Misteri "Susi" Kuntilanak Penunggu Kebun Raya Purwodadi - Saya kembali jadi salah satunya sisi dari kepanitiaan kemah bakti akademi di semester ke lima waktu kuliahku, tahun 2007 serta masih dalam tempat yang sama dengan tahun awalnya fakultasku pilih Kebun Raya Purwodadi jadi tempat kemah bakti. Tetapi pada tahun 2007 ini semua tidak berjalan lancar seperti tahun awalnya, beberapa masalah gaib telah menerpa acara kami sejak rombongan kami masuk gerbang kebun raya.
Saat pagi hari pertama dosen pembimbing kami telah direpotkan dengan keinginan pertolongan dari rombongan fakultas lain yang kebetulan membuat acara di kebun raya. Fakultas ini rupanya telah bersiap-siap untuk pulang tetapi ada satu ganjalan hingga minta pertolongan dosen pembimbing dari fakultasku (dosenku ini memahami mengenai hal gaib). Mereka meinta tolong untuk menolong mengobati maba yang kesurupan semenjak hari pertama acara mereka diadakan.
Setelah dari “selingan” di atas saya serta rombonganku mempunya narasi tertentu yang tambah lebih seram. Semua dimulai di hari sore hari ke-3 dimana kami membina peserta gelombang ke-2 (gelombang pertama telah pulang seputar jam 10 siang). Kami beberapa panitia khususnya yang lelaki dipanggil oleh deosen pembimbing yang disampingnya ada bapak-bapak yang dari pertama sidah diperkenalkan jadi pengawal spiritual rombongan kami, sore itu kami dikasih pengarahan tidak untuk bertutur kata semaunya serta kotor, melakukan perbuatan aneh-aneh serta berpikiran kosong.
Selanjutnya dosen kami minta kami untuk rahasiakan mengenai 3 maba yang nyatanya dari hari pertama telah kesurupan serta belum pulih hingga siang tadi tidak turut pulang ke Surabaya (ortu mereka telah dihubungi), selanjutnya kami diberitahu tentang satu daerah gaib yang ada di ruang yang kami gunakan untuk berkemah, saya masih ingat benar bagaimana dosenku ini menjelaskan “ingat ya, di tempat ini ada daerah segitiga dengan pemberi tanda pohon, kalian berlakulah yang baik” demikianlah pesannya.
Insiden gaib pertama diawali setelah maghrib, saya yang berjaga di pos keamanan 2 bersama dengan 9 orang yang lain dikagetkan oleh satu figur yang seperti bapak-bapak tetapi dengan visual ia telihat benar-benar kabur (pikirkan mata anda minus) pada jarak 70-140 mtr. dari pos (sempat kami berpendapat mungkin ini sekuriti kebun raya yang patroli, tetapi bukan lantaran sekuriti harus kenakan seragam serta berpatroli dengan motor).
Figur ini duduk dalam suatu ayunan tanpa ada bergerak, satu dari temanku menyebut dosen serta beberapa senior alumni; saya serta rekan-rekan menerangkan mengenai figur ini, dosenku ikut juga lihat sampai saya ada ide untuk mendatangi serta bertanya siapa & keperluaannya apa tetapi tidak dibolehkan oleh dosenku. Dosenku ajak kami meperhatikan figur ini dengan cermat, sesaat saja figur lelaki itu lenyap dari depan mata, ia musnah saat itu juga (tetapi saya memiliki opini lain mengenai ini, saya dengan batin lihat figur ini perlahan-lahan makin jadi membesar terus hilang membaur bersama dengan angin; saya ini sensitif pada barang gaib).
Seputar jam 9 malam pada hari yang sama beberapa maba ikuti acara jalan malam, saya jadi petugas keamanan masih di pos bersama dengan rekan-rekan. Pos ini berbentuk tenda besar yang dibangun di samping satu toilet, toilet ini juga terhitung angker sebab ada ketentuan untuk beberapa lelaki harus menggunakan toilet wanita, beberapa wanita harus menggunakan toilet lelaki, serta minimum harus berpasangan jika ke toilet.
Malam itu angin tidak berdesir seperti umumnya, saya pribadi dengan kepekaanku mencium aroma “laut” dari angin malam yang dingin itu, hembusannya seolah-oleh menyengaja ditempatkan ke sejumlah tenda khusus (terhitung tenda keamanan) serta anehnya saya dengan jelas dengar musik gamelan jawa, spontan saja saya menanyakan ke taman-temanku, mereka mengatakan kemungkinan itu masyarakat yang sedang hajatan (walau sebenarnya tidak ada kampung dalam jarak 3km dari perkemahan kami).
Pagi hari (hari ke empat), waktu santai serta nikmati sarapan saya serta temanku dekati beberapa maba cewek, ada beberpa dari mereka yang dengan mendadak menanyakan & menceritakan kepadaku mengenai yang mereka alami tadi malam. “Mas, semalam koq pakai ada acara nakut-nakuti pakai pocong semua sih” spontan saya melongo serta dengan polos menjawab “dari dahulu acara kemah bakti tidak dibolehkan untuk menakut-nakuti peserta dengan hantu-hantuan dek”. Saya lihat maba ini tersenyum kecut serta lemas
Siangnya seputar jam 2.30 kami beberapa penjaga pos 2 tiba-tiba dipanggil oleh dosen, kami disatukan di bawah pohon besar yang sedikit jauh dari pandangan beberapa maba yang sedang bekerja. Kami “warga” pos 2 keheranan mengapa dipanggil sendiri tanpa ada panitia dari sisi yang lain, dosen kami menghadapkan kami dengan salah satunya maba yang kesurupan.
“Si mbah ini sedang jengkel sebab ada satu dari kalian yang mencela dalam hati, ia minta satu dari kalian untuk akui serta minta maaf” kami sama-sama pandang keheranan sebab tidak ada yang merasakan, mendadak si kesurupan ini menunjuk ke salah satunya temanku, kagetnya bukan main temanku ini selanjutnya ia diminta meminta maaf atas keinginan dosenku (sebenarnya dari pertama akulah yang tidak senang dengan beberapa makhluk gaib pengganggu ini, entahlah mengapa ia menyengaja tidak menujuk ke saya).
Sore hari jam 4.47 tiba-tiba saya diakgetkan oleh temanku yang berteriak “ada ular ada ular” dengan selekasnya saya tenangkan ia serta memerintahnya ke tenda dapur untuk ambil garam (ular ini ada berkali saat temanku ambil garam). Sesudah garam diambil terus saya membacakan ayat Bangku serta menaburkan garam itu ke seputar tenda keamanan serta ular tidak tampil .
Malam harinya diawali semenjak setelah maghrib saya merasakan angin dingin yang kencang tanpa henti-hentinya serta suara pohon-pohon yang bising seolah membaca mantra. Saya telah dengar juga beberapa suara gamelan seperti tempo hari malam, satu senandung suara wanita yang benada seperti musik india, serta kadang-kadang saya menanyakan pada teman-temanku apa mereka dengar hal sama, tetapi mereka menjawab tidak.
Malam itu saya mainkan gitar untuk menemani rekan-rekan menyanyi (serta saya sendiri masih dengan periodik mendengan senandung wanita barusan) saya lihat jam tangan memperlihatkan jam 21.22 malam, serta dengan tenang saya memerhatikan satu-satu temanku tertidur………..sampai saya sadar jika cuma sisa saya sendiri yang masih terbangun serta terus menggenjreng gitar disertai angin dingin yang berdesir semakin kencang (dinginnya menmbus jaket sampai berasa sampai tulang, aneh sekali) serta suara senandung yang lama-lama semakin seringkali terdengar.
Jam 04.19 hari ke lima (hari paling akhir). Saya terjaga serta dengar adzan subuh, saya kedinginan sebab tertidur di luar tenda bersama dengan teman-temanku, saat itu juga aq geser ke tenda yang nyatanya tidak ada orang (mengapa beberapa anak tidak tidur di sich, pikirku). Pagi hari jam 7.30 pas saya serta teman-temanku dibangunkan serta mendapatkan perintah untuk semua panitia selekasnya ke arah tenda pembina.
Di tenda pembina, kami beberapa panitia langsung diterima dengan “pidato” dosen pembimbing. “Bagaimana tidurnya, pulas? apa kalian sadar semenjak semalam kalian semua penghuni perkemahan ini tidur bertepatan, kalian terkena sirep!!” kami terkejut serta baru nyadar.
“Pasti tempo hari ada satu dari kalian yang menyalahi ketentuan berkemah dalam tempat ini, mari ngaku siapa?” kami sama-sama lihat, saya merasakan tidak lakukan apa-apa. “Siapa yang main-main dengan garam, telur atau jeruk nipis tempo hari sore?” bertanya dosenku, saat itu saya angkat tangan “saya pa, saya tempo hari sore menyebar garam untuk menyingkirkan ular”. Dosenku selanjutnya ajak saya untuk memperlihatkan tempat saya menabur garam serta menetralkannya.
Dengan pribadi dosenku menceritakan “kalian tadi malam diberi hukuman oleh raja jin sebab dipandang mengganggu”. Selanjutnya saya dengan pribadi bercerita keanehan-keanehan yang saya alami tadi malam mengenai suara gamelan serta senandung wanita.
Dosenku langsung menerangkan jika gamelan itu cuma dapat didengar oleh orang yang daya gaibnya besar, sedang suara senandung itua dalah datang dari kuntilanak yang namanya “susi” ia sebetulnya diminta untuk menghukumku di luar sirep oleh raja jin, tetapi ia mempunyai rasa ke saya (aduh) karena itu saya dapat tidur paling akhir serta bangun cocok waktu subuh.
Hampir 10 tahun semenjak insiden itu saya perlahan-lahan makin memahami “bakatku” serta mulai pahami mengapa banyak makhluk gaib yang dekati atau ikuti saya, ditambah lagi mengapa beberapa orang yang kesurupan belum pernah ingin saya mendekati.
Demikian deh ceritanya, saya tidak begitu jago menulis jadi ya cukup semrawut, lain waktu saya akan menceritakan ya, salam Aerith.
Saat pagi hari pertama dosen pembimbing kami telah direpotkan dengan keinginan pertolongan dari rombongan fakultas lain yang kebetulan membuat acara di kebun raya. Fakultas ini rupanya telah bersiap-siap untuk pulang tetapi ada satu ganjalan hingga minta pertolongan dosen pembimbing dari fakultasku (dosenku ini memahami mengenai hal gaib). Mereka meinta tolong untuk menolong mengobati maba yang kesurupan semenjak hari pertama acara mereka diadakan.
Setelah dari “selingan” di atas saya serta rombonganku mempunya narasi tertentu yang tambah lebih seram. Semua dimulai di hari sore hari ke-3 dimana kami membina peserta gelombang ke-2 (gelombang pertama telah pulang seputar jam 10 siang). Kami beberapa panitia khususnya yang lelaki dipanggil oleh deosen pembimbing yang disampingnya ada bapak-bapak yang dari pertama sidah diperkenalkan jadi pengawal spiritual rombongan kami, sore itu kami dikasih pengarahan tidak untuk bertutur kata semaunya serta kotor, melakukan perbuatan aneh-aneh serta berpikiran kosong.
Selanjutnya dosen kami minta kami untuk rahasiakan mengenai 3 maba yang nyatanya dari hari pertama telah kesurupan serta belum pulih hingga siang tadi tidak turut pulang ke Surabaya (ortu mereka telah dihubungi), selanjutnya kami diberitahu tentang satu daerah gaib yang ada di ruang yang kami gunakan untuk berkemah, saya masih ingat benar bagaimana dosenku ini menjelaskan “ingat ya, di tempat ini ada daerah segitiga dengan pemberi tanda pohon, kalian berlakulah yang baik” demikianlah pesannya.
Insiden gaib pertama diawali setelah maghrib, saya yang berjaga di pos keamanan 2 bersama dengan 9 orang yang lain dikagetkan oleh satu figur yang seperti bapak-bapak tetapi dengan visual ia telihat benar-benar kabur (pikirkan mata anda minus) pada jarak 70-140 mtr. dari pos (sempat kami berpendapat mungkin ini sekuriti kebun raya yang patroli, tetapi bukan lantaran sekuriti harus kenakan seragam serta berpatroli dengan motor).
Figur ini duduk dalam suatu ayunan tanpa ada bergerak, satu dari temanku menyebut dosen serta beberapa senior alumni; saya serta rekan-rekan menerangkan mengenai figur ini, dosenku ikut juga lihat sampai saya ada ide untuk mendatangi serta bertanya siapa & keperluaannya apa tetapi tidak dibolehkan oleh dosenku. Dosenku ajak kami meperhatikan figur ini dengan cermat, sesaat saja figur lelaki itu lenyap dari depan mata, ia musnah saat itu juga (tetapi saya memiliki opini lain mengenai ini, saya dengan batin lihat figur ini perlahan-lahan makin jadi membesar terus hilang membaur bersama dengan angin; saya ini sensitif pada barang gaib).
Seputar jam 9 malam pada hari yang sama beberapa maba ikuti acara jalan malam, saya jadi petugas keamanan masih di pos bersama dengan rekan-rekan. Pos ini berbentuk tenda besar yang dibangun di samping satu toilet, toilet ini juga terhitung angker sebab ada ketentuan untuk beberapa lelaki harus menggunakan toilet wanita, beberapa wanita harus menggunakan toilet lelaki, serta minimum harus berpasangan jika ke toilet.
Malam itu angin tidak berdesir seperti umumnya, saya pribadi dengan kepekaanku mencium aroma “laut” dari angin malam yang dingin itu, hembusannya seolah-oleh menyengaja ditempatkan ke sejumlah tenda khusus (terhitung tenda keamanan) serta anehnya saya dengan jelas dengar musik gamelan jawa, spontan saja saya menanyakan ke taman-temanku, mereka mengatakan kemungkinan itu masyarakat yang sedang hajatan (walau sebenarnya tidak ada kampung dalam jarak 3km dari perkemahan kami).
Pagi hari (hari ke empat), waktu santai serta nikmati sarapan saya serta temanku dekati beberapa maba cewek, ada beberpa dari mereka yang dengan mendadak menanyakan & menceritakan kepadaku mengenai yang mereka alami tadi malam. “Mas, semalam koq pakai ada acara nakut-nakuti pakai pocong semua sih” spontan saya melongo serta dengan polos menjawab “dari dahulu acara kemah bakti tidak dibolehkan untuk menakut-nakuti peserta dengan hantu-hantuan dek”. Saya lihat maba ini tersenyum kecut serta lemas
Siangnya seputar jam 2.30 kami beberapa penjaga pos 2 tiba-tiba dipanggil oleh dosen, kami disatukan di bawah pohon besar yang sedikit jauh dari pandangan beberapa maba yang sedang bekerja. Kami “warga” pos 2 keheranan mengapa dipanggil sendiri tanpa ada panitia dari sisi yang lain, dosen kami menghadapkan kami dengan salah satunya maba yang kesurupan.
“Si mbah ini sedang jengkel sebab ada satu dari kalian yang mencela dalam hati, ia minta satu dari kalian untuk akui serta minta maaf” kami sama-sama pandang keheranan sebab tidak ada yang merasakan, mendadak si kesurupan ini menunjuk ke salah satunya temanku, kagetnya bukan main temanku ini selanjutnya ia diminta meminta maaf atas keinginan dosenku (sebenarnya dari pertama akulah yang tidak senang dengan beberapa makhluk gaib pengganggu ini, entahlah mengapa ia menyengaja tidak menujuk ke saya).
Sore hari jam 4.47 tiba-tiba saya diakgetkan oleh temanku yang berteriak “ada ular ada ular” dengan selekasnya saya tenangkan ia serta memerintahnya ke tenda dapur untuk ambil garam (ular ini ada berkali saat temanku ambil garam). Sesudah garam diambil terus saya membacakan ayat Bangku serta menaburkan garam itu ke seputar tenda keamanan serta ular tidak tampil .
Malam harinya diawali semenjak setelah maghrib saya merasakan angin dingin yang kencang tanpa henti-hentinya serta suara pohon-pohon yang bising seolah membaca mantra. Saya telah dengar juga beberapa suara gamelan seperti tempo hari malam, satu senandung suara wanita yang benada seperti musik india, serta kadang-kadang saya menanyakan pada teman-temanku apa mereka dengar hal sama, tetapi mereka menjawab tidak.
Malam itu saya mainkan gitar untuk menemani rekan-rekan menyanyi (serta saya sendiri masih dengan periodik mendengan senandung wanita barusan) saya lihat jam tangan memperlihatkan jam 21.22 malam, serta dengan tenang saya memerhatikan satu-satu temanku tertidur………..sampai saya sadar jika cuma sisa saya sendiri yang masih terbangun serta terus menggenjreng gitar disertai angin dingin yang berdesir semakin kencang (dinginnya menmbus jaket sampai berasa sampai tulang, aneh sekali) serta suara senandung yang lama-lama semakin seringkali terdengar.
Jam 04.19 hari ke lima (hari paling akhir). Saya terjaga serta dengar adzan subuh, saya kedinginan sebab tertidur di luar tenda bersama dengan teman-temanku, saat itu juga aq geser ke tenda yang nyatanya tidak ada orang (mengapa beberapa anak tidak tidur di sich, pikirku). Pagi hari jam 7.30 pas saya serta teman-temanku dibangunkan serta mendapatkan perintah untuk semua panitia selekasnya ke arah tenda pembina.
Di tenda pembina, kami beberapa panitia langsung diterima dengan “pidato” dosen pembimbing. “Bagaimana tidurnya, pulas? apa kalian sadar semenjak semalam kalian semua penghuni perkemahan ini tidur bertepatan, kalian terkena sirep!!” kami terkejut serta baru nyadar.
“Pasti tempo hari ada satu dari kalian yang menyalahi ketentuan berkemah dalam tempat ini, mari ngaku siapa?” kami sama-sama lihat, saya merasakan tidak lakukan apa-apa. “Siapa yang main-main dengan garam, telur atau jeruk nipis tempo hari sore?” bertanya dosenku, saat itu saya angkat tangan “saya pa, saya tempo hari sore menyebar garam untuk menyingkirkan ular”. Dosenku selanjutnya ajak saya untuk memperlihatkan tempat saya menabur garam serta menetralkannya.
Dengan pribadi dosenku menceritakan “kalian tadi malam diberi hukuman oleh raja jin sebab dipandang mengganggu”. Selanjutnya saya dengan pribadi bercerita keanehan-keanehan yang saya alami tadi malam mengenai suara gamelan serta senandung wanita.
Dosenku langsung menerangkan jika gamelan itu cuma dapat didengar oleh orang yang daya gaibnya besar, sedang suara senandung itua dalah datang dari kuntilanak yang namanya “susi” ia sebetulnya diminta untuk menghukumku di luar sirep oleh raja jin, tetapi ia mempunyai rasa ke saya (aduh) karena itu saya dapat tidur paling akhir serta bangun cocok waktu subuh.
Hampir 10 tahun semenjak insiden itu saya perlahan-lahan makin memahami “bakatku” serta mulai pahami mengapa banyak makhluk gaib yang dekati atau ikuti saya, ditambah lagi mengapa beberapa orang yang kesurupan belum pernah ingin saya mendekati.
Demikian deh ceritanya, saya tidak begitu jago menulis jadi ya cukup semrawut, lain waktu saya akan menceritakan ya, salam Aerith.
0 Comments:
Posting Komentar